KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU
PENGETAHUAN ISLAM DALAM ABAD PERTENGAHAN
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi
Tugas Mata
Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Kelas PAI-D Semester IV
Dosen Pengampu:
Muhtarom Zaini, M.Pd
Disusun Oleh
Kelompok 3:
1.
Fatikhul
Amin NIM:
1410110125
2.
Sayid
Abdullah NIM:
1410110135
3.
Hanik
Maulida Hidayati NIM: 1410110146
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN
AKADEMIK 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasari dengan nilai-nilai
ajaran Islam. Dalam pengajarannya terdapat berupa pengajaran Islam secara umumnya.
Dalam dunia pendidikan, Islam pernah mengalami masa-masa keemasan. Dimana
banyak diantara kaum muslimin terdahulu bisa dikatakan sebagai ilmuan Islam dan
juga berbagai perkembangan mengenai universitas-universitas Islam yang diminati
di abad pertengahan.
Dalam pengajaran di Abad Pertengahan jika dibandingkan dengan sekarang
tidak terlalu mengalami perubahan. Bahkan masih menggunakan cara-cara atau
model pengajaran seperti yang sudah diterapkan sekarang ini.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, sebagai berikut:
1.
Bagaimana Kondisi
Pendidikan Islam Pada Masa Zaman Pertengahan?
2.
Bagaimana
Penerapan Kurikulum Pengajaran Pada Abad Pertengahan?
3.
Bagaimana
Faktor Pendorong Perubahan Pendidikan Islam di Indonesia Pada Abad Pertengahan?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya, sebagai berikut:
1.
Dapat
mengetahui dan memahami Kondisi Pendidikan Islam
Pada Masa Zaman Pertengahan.
2.
Dapat
mengetahui dan memahami Penerapan Kurikulum Pengajaran Pada Abad Pertengahan.
3.
Dapat
mengetahui dan memahami Faktor Pendorong Perubahan Pendidikan Islam di
Indonesia Pada Abad Pertengahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Pendidikan Islam Pada Abad Pertengahan
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan orang dewasa secara sadar,
terencana dan bertanggung jawab kepada manusia muda agar tumbuh berkembang
menjadi manusia dewasa lahir dan batin sesuai dengan tujuan masyarakat.[1]
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sengaja di dirikan dan diselenggarakan
dengan hasrat dan niat (rencana yang sungguh-sungguh) untuk melaksanakan ajaran
dan nilai-nilai Islam.[2]
Umat Islam mengalami puncak keemasan pada masa
pemerintahan abbasyiyah. Pada masa itu bermunculan para pemikir Islam kenamaan
yang sampai sekarang pemikirannnya masih diperbincangkan dan dijadikan dasar
pijakan bagi pemikiran dimasa mendatang, baik dalam bidang keagamaan maupun
umum. Kemajuan Islam ini tercipta berkat usaha dari berbagai komponen
masyarakat, baik ilmuwan, birokrat, agamawan, militer, dan ekonom maupun
masyarakat.[3]
Setelah mesir jatuh di bawah
kekuasaan Utsmaniyah Turki, Sultan Salim memerintahkan supaya kitab-kitab di
perpustakaan dan barang-barang berharga di Mesir di pindahkan ke Istambul,
anak-anak Sultan Maklum, ulama-ulama, pembesar-pembesar yang berpengaruh di
Mesir semuanya dibuang ke Istambul. Sementara itu, ulama-ulama dan kitab-kitab
yang ada di perpustakaan Mesir mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan ,
dan Istambul lah yang menjadi pusat pendidikan dan pengembangan kebudayaan saat
itu. Yang mula-mula mendirikan Madrasah pada masa Turki Utsmani adalah Sultan
Orkhan(w. 1359).
Sultan-sultan Utsmani banyak
mendirikan masjid-masjid dan madrasah-madrasah, terutama di Istambul dan Mesir.
Pada masa itu banyak juga perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang tidak
sedikit jumlahnya. Banyak pula ulama-ulama, guru-guru, ahli sejarah dan ahli
syair pada masa itu yang datang untuk membaca dan mempelajari isi kitab-kitab
itu.
Sistem pengajaran yang dikembangkan
pada Turki Utsmani adalah menghafal matan-matan meskipun murid tidak mengerti
maksudnya, seperti menghafal matan al-jumuriah, matan Taqrib, matan Alfiah,
matan Sultan dan lain-lain.Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu
barulah mempelajari syarahnya, kadang-kadang serta khasiyahnya.Karena pelajaran
itu tambah berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sitem pengajaran
semacam ini masih digunakan sampai sekarang.[4]
Pada tahun 1500-1700 M ini merupakan
fase kemajuan terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Pada zaman inilah
mulai muncul literatur dalam bahasa Turki, yang sebelumnya pengarang-pengarang
Turki menulis dalam bahasa Persia. Selain itu di India, bahasa Urdu juga
meningkat menjadi bahasa literatur dalam pendidikannya dan menggantikan bahasa
Persia, yang sebelumnya dipakai di kalangan istana sultan-sultan di Delhi. Akan
tetapi, sebaliknya, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu
pengetahuan di seluruh dunia Islam memang merosot. Gerakan tarikan terus
berkembang dan mempunyai pengaruh besar dalam hidup umat Islam. dengan
timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar, disamping bahasa Arab dan
Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu mulai pula muncul sebagai bahasa penting
dalam Islam. kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan bertambah
menurun.[5]
Puncak kejayaan
umat Islam terjadi di masa khalifah Abdurahman ad Dakhil (756 - 785 M) dan
Khalifah Harun ar rasyid (786 - 809). Pada masa itu hanya ada dua negara
superpower, yaitu barat yang berkedudukan di Cordova dan timur berkedudukan di
Bagdad. Keduanya sama-sama negara pengetahuan, umat islam pernah berjaya selama
kurang lebih 7 abad (antara abad VII s.d XIII). Kejayaan tersebut menumbuhkan pusat-pusat keunggulan, baik
di bidang pendidikan, peribadatan, perekonomian, pertanian, pertanian,
kedokteran, dan lain-lain. Tradisi intelektual yang dibangun pada masa klasik
di masa Rasulullah Muhammad Saw, telah begitu menentukan bentuk dan corak
pemikiran Islam sehingga apa yang berkembang pada abad pertengahan lebih
bersifat konservatif. Jika pada abad-abad sebelumnya bisa dirasakan pesatnya
perkembangan pendidikan Islam yang ditandai dengan semangat mengkritik, polemik
dalam bentuk karya tulis, munazarah dan pengajaran di
madrasah, halqah di masjid-masjid dan perpustakaan, maka pada abad pertengahan
ini mengalami kebekuan dan konservatisme dalam sistem pendidikan. Sehingga masa
ini dikenal dengan masa taqlid, karena kegairahan berijtihad telah punah. Meskipun
demikian, sebenarnya banyak sarjana-sarjana dan ulama yang sesungguhnya
melahirkan karya baru yang penting, sekalipun mereka kadang-kadang kurang
menonjol. Sarjana-sarjana tersebut seringkali mengembangkan kreativitasnya
mereka di lingkungan istana-istana raja dan amir sehingga didukung sepenuhnya
oleh penguasa. Maka disinilah lahir kegiatan budaya baru yang bisa dikatakan
sebagai penyelamat dunia Islam dari kemandekan total dalam bidang budaya dan
intelektual.
Aktivitas ini baru berkembang pesat
pada abad pertengahan dimana telah dikenal adanya lembaga pengajaran berupa
Madrasah, yang mana tempat melakukan kegiatan belajar dengan bimbingan
instruktur atau mudarris yakni seorang yang bergelar professor
(guru besar). Perkembangan pesar dalam bidang pendidikan inilah kemudian
melahirkan ulama-ulama besar dengan penguasaan ilmu pengetahuan, sains,
kedokteran dan tokoh filusuf terkenal dengan tidak meninggalkan sisi keulamaan
mereka.
Tujuan
utama dari seluruh bentuk pendidikan Islam ini adalah untuk mewariskan khazanah
budaya dari satu generasi ke generasi beriktunya dengan harapan generasi
tersebut akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari generasi sebelumnya
baik secara moral maupun secara intelektual.[6]
B.
Penerapan Kurikulum Pengajaran Ilmu Pengtahuan Islam Pada Abad
Pertengahan
Awal mula dan tersebarnya ilmu pengetahuan Islam pada masa-masa awal Islam
berpusat pada individu-individu dan bukannya sekolah-sekolah. Kandungan
pemikiran Islam juga bercirikan usaha-usaha individual.Tokoh-tokoh istimewa
tertentu, yang telah mempelajari hadits dan membangun sistem-sistem theology
dan hukum mereka sendiri di seputarnya, menarik murid-murid dari daerah yang
jauh yang mau menimba ilmu pengetahuan dari mereka. Karena itu, ciri utama
pertama dari ilmu pengetahuan tersebut adalah pentingnya individu guru. Sang
guru, setelah memberikan pelajarannya seluruhnya, secara pribadi memberikan
suatu sertifikat (ijazah) kepada muridnya yang kemudian diizinkan untuk
mengajar. Bahkan ijazah-ijazah tersebut seringkali dikeluarkan atas nama guru,
dan bukan atas nama sekolah. Banyak ilmuwan yang termasyhur bukanlah produk
madrasah-madrasah, tetapi adalah bekas-bekas murid informal dari guru-guru
individual. Berkaitan erat dengan pentingnya guru secara sentral ini adalah
fenomena yang dikenal sebagai ‘mencari ilmu’ (tholabul ‘ilm).
Mahasiswa-mahasiswa pengembara melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh,
kadang-kadang dari ujung ke ujung dunia Islam, dengan tujuan untuk mengikuti
kuliah dari guru-guru yang terkenal.
Pada masa klasik, pakar pendidikan Islam menggunakan kata al-maddah
untuk pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum lebih identik dengan
serangkaian mata pelajaran dan harus diberikan pada murid dalam tingkat
tertentu. Berjalan dengan perjalanan waktu, pengertian kurikulum berkembang dan
cakupannya lebih luas yaitu mencapai segala aspek yang mempengaruhi pribadi
siswa.
1. Kurikulum pendidikan Islam sebelum berdirinya madrasah
a)
Kurikulum
pendidikan rendah, terdapat kesukaran ketika ingin membatasi mata pelajaran
yang membentuk kurikulum untuk semua tingkat pendidikan yang bermacam-macam.
Pertama, karena tidak adanya kurikulum yang terbatas, baik untuk tingkat rendah
maupun tingkat penghabisan, kecuali Al-Qur’an yang terdapat pada seluruh
kurikulum. Kedua, kesukaran membedakan diantara fase-fase pendidikan dan
lamanya belajarkarena tidak ada masa tertentu yang mengikat murid-murid untuk
belajar pada setiap lembaga pendidikan.
b)
Kurikulum
pendidikan tinggi, hallaqah-kalau mau menyebut demikian-berfariasi
tergantung pada syaikh yang mau mengajar. Para mahasiswa tidak terikat untuk
mempelajari mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada
mahasiswa untuk mengikuti kurikulum tertentu. Mahasiswa bebas mengikuti
pelajaran disebuah hallaqah dan berpindah dari sebuah hallaqah ke
hallaqah yang lain, bahkan dari suatu kota ke kota yang lain. Menurut
Rahman, pendidikan jenis ini disebut pendidika orang dewasa karena diberikan
kepada orang banyak yang tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan mereka
mengenai Al-Qur’an dan agama. Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada
dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan. Karena
sejalan dengan dua masa transisi penting dalam perkembangan pemikiran islam
untuk mempersiapkan diri dalam mendalami masalah agama, menyiarkan dan
mempertahankannya.
2. Kurikulum setelah berdirinya Madrasah
Pada zaman keemasan Islam, aktivitas kebudayaan pendidikan Islam
tidak mengizinkan teologi membatasi ilmu pengetahuan mereka. Mereka menyelidiki
setiap cabang ilmu pengetahuan manusia, baik fisiologi, sejarah, historiografi,
hukum, sosiologi, kesusastraan, etika, filsafat, teologi, kedokteran,
matematika, logika, esenian, arsistektur, ilmu keramik.[7]
C.
Faktor Pendorong Perubahan Pendidikan Islam di Indonesia Pada Abad
Pertengahan
Pada permulaan abad ke-20 terjadi perubahan-perubahan yang menjadi
lebih Islami di Indonesia yang dalam garis besarnya dapat digambarkan sebagai
kebangkitan, pembaharuan, bahkan pencerahan. Perubahan ini berbeda sifat dan
asalnya, serta tidak semua saling berhubungan secara harmonis dan logis.
Seperti kehidupan lain pada umumnya, perkembangan Islam juga tidak dapat
diramalkan sebelumnya, dan kadang-kadang dalam pengamatan pertama. Menurut
sistematika umum, perkembangan tersebut tidak begitu logis.
Faktor pendorong peting bagi perubahan pendidikan Islam di
Indonesia pada permulaan abad pertengahan dapat dibagi menjadi empat bagian,
yaitu:
1.
Sejak
tahun 1990 dibeberapa tempat muncul keinginan untuk kembali kepada Al-Qur’an
dan Sunnah yang dijadikan titik tolak
untuk menilai agama, pendidikan dan kebiasaan yang ada.
2.
Dorongan
kedua adalah sifat perlawan nasional terhadap penguasa colonial belanda.
3.
Usaha
yang kuat dari orang-orang Islam untuk memperkuat organisasinya dibidang sosial
ekonomi baik untuk kepentingan sendiri maupun utuk kepentingan rakyat banyak.
4.
Pembaharuan
dan penngembangan pendidikan yang bersifat Islami.[8]
BAB III
CRITICAL THINGKING
Kondisi pendidikan Islam pada abad pertengahan memang
mengalami pasang surut, yang mana lebih didominasi dengan kemerosotan
pengajaran pengetahuan Islamnya. Kemerosotan atau kemunduran ini tidak lain
lebih dikarnakan faktor politik pada masa kerajaan-kerajaan Islam pada abad
pertengahan. Selain itu, disamping faktor politik, kemunduran tersebut juga
dikarnakan faktor individu pendidiknya yang masih kurang. Sehingga kegiatan
pengajaran ilmu pengetahuan Islam pada abad pertengahan tersebut belum
maksimal.
Sistem madrasah yang didasarkan pada kekuasaan
kerajaan yang umumnya dipandang sebagai sebab kemunduran dan penghambat ilmu
pengetahuan dan pendidikan tinggi Islam. Akan tetapi, madrasah dengan
kurikulumnya yang terbatas bukan sebab sebenarnya dari kemunduran ini, walaupun
tentu saja mempengaruhi berkembangnya penghambat pengajaran ilmu pengetahuan
Islam pada abad pertengahan tersebut. Tetapi sebab sebenarnya dari penurunan
kualitas ilmu pengetahuan Islam adalah kurangnya pemahaman pada ilmu-ilmu
keagamaan sebagai sumber pengajaran ilmu pengetahuan.
Salah satu faktor pendorong penting
bagi perubahan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad pertengahan
yaitu melalui pembaharuan
pendidikan yang bersifat Islami. Akan tetapi, dengan melakukan hal tersebut
juga akan menimbulkan permasalahan baru, hal ini dikarnakan di Indonesia yang
terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama yang beragam. Sehingga
memerlukan usaha dan penyampaian tujuan pembaharuan pendidikan yang bersifat
Islami dengan menghargai agama-agama penduduk Indonesia yang non muslim.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan orang dewasa secara sadar,
terencana dan bertanggung jawab kepada manusia muda agar tumbuh berkembang
menjadi manusia dewasa lahir dan batin sesuai dengan tujuan masyarakat. Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang sengaja di dirikan dan diselenggarakan dengan
hasrat dan niat (rencana yang sungguh-sungguh) untuk melaksanakan ajaran dan
nilai-nilai Islam.
Umat Islam mengalami puncak keemasan pada masa
pemerintahan abbasyiyah. Pada masa itu bermunculan para pemikir Islam yang
sampai sekarang pemikirannnya masih diperbincangkan dan dijadikan dasar pijakan
bagi pemikiran dimasa mendatang, baik dalam bidang keagamaan maupun umum.
Kemudian pada tahun
1500-1700 M, yaitu mulai muncul literatur dalam bahasa Turki, yang sebelumnya
pengarang-pengarang Turki menulis dalam bahasa Persia. Selain itu di India,
bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur dalam pendidikannya dan
menggantikan bahasa Persia. Akan tetapi, sebaliknya, perhatian pada ilmu
pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam memang
merosot. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar, disamping
bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu mulai pula muncul sebagai
bahasa penting dalam Islam. kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa
persatuan bertambah menurun.
Pada masa klasik, pakar pendidikan Islam menggunakan kata al-maddah
untuk pengertian kurikulum. Berjalan dengan perjalanan waktu, pengertian
kurikulum berkembang dan cakupannya lebih luas yaitu mencapai segala aspek yang
mempengaruhi pribadi siswa, meliputi terbentuknya kurikulum pendidikan Islam
sebelum berdirinya madrasah yang terbagi jadi kurikulum pendidikan rendah dan
kurikulum pendidikan tinggi, kemudian terbentuknya kurikulum setelah berdirinya
Madrasah.
Pada permulaan abad ke-20 terjadi perubahan-perubahan yang menjadi
lebih Islami di Indonesia yang dalam garis besarnya dapat digambarkan sebagai
kebangkitan, pembaharuan, bahkan pencerahan. Salah satu faktor pendorong
penting bagi perubahan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad pertengahan
yaitu melalui pembaharuan
pendidikan yang bersifat Islami.
B.
Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyak kesalahan serta kekeliruan, baik
disengaja maupun tidak. Oleh karna itu, kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya
salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Engku dan Siti Zubaidah. 2014. Sejarah Pendidikan
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung:
Nuansa.
Nata, Abuddin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sulthon. 2011. Ilmu
Pendidikan. Kudus: Nora Media Enterprise.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/02/
ulama - serabutan - ulama – multi profesi dalam – sistem – pendidikan–Islam
–di– abad – pertengahan -507807. html. diakses
pada Tanggal 1 Februari 2016, Pukul 19:06.
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2008), hlm. 42-43.
[6] Http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/02/ulama-serabutan-ulama-multiprofesi-dalam-sistem-pendidikan-islam-di-abad-pertengahan-507807.html.
diakses pada tanggal 01/02/2016,
pukul 19:06.
[8]
Iskandar, Engku dan Siti zubaidah. Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.