Entri Populer

Selasa, 01 November 2016

makalah PERSPEKTIF- PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN



PERSPEKTIF- PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah: Sosiologi Pendidikan
Kelas PAI-D Semester V
Dosen Pengampu: Ratna Istriyani, S.Pd, M.A
  


  




Disusun oleh Kelompok 2:

1.   Naeli Asrofil Umam             NIM: 1410110134
2.   Sayid Abdullah                    NIM: 1410110135
3.   Luluk Nur Rohmah            NIM: 1410110143



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
 



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam masyarakat tentunya sering ditemukan beberapa pandangan yang berbeda satu dengan lainnya. Kenyataan sosial dalam masyarakat pula, sosiologi pendidikan Islam merupakan mata kuliah yang diberikan pada perguruan tinggi Islam negeri yang bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip sosiologi pendidikan Islam dan mengenali masalah pendidikan Islam atas dasar prinsip tersebut.
Penilaian atas sebuah realitas sosial dalam pendidikan dan masyarakat umumnya dimulai dengan asumsi yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Dari asumsi-asumsi tersebut berkembang menjadi perspektif, atau pandangan yang dapat dipahami oleh setiap individu.
Dalam melihat kenyataan sosial atau biasa disebut dengan realitas sosial dalam pendidikan dan masyarakat juga demikian. Penalaran atau penilaian atas sebuah realitas umumnya dimulai dengan asumsi ( assumption ), yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai perspektif-perspektif dalam sosiologi pendidikan yang akan dibahas pada makalah dibawah ini.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, yaitu sebagai berikut:
1.      Apa pengertian prespektif-prespektif dalam sosiologi pendidikan dan macam-macamnya?
2.      Bagaimana peranan dari prespektif-prespektif dalam pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannyanya, yaitu sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui dan memahami pengertian prespektif-prespektif dalam sosiologi pendidikan dan macam-macamnya.
2.      Dapat mengetahui dan memahami peranan dari prespektif-prespektif dalam pendidikan.






BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Prespektif dalam Sosiologi Pendidikan
Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara – cara tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu.
Dalam konteks sosiologi juga memiliki perspektif yang memandang proses social didasarkan pada sekumpulan asumsi, nilai gagasan yang melingkupi proses social yang terjadi sehingga menjadi perspektif pedekatan, atau kadang disebut paradigma ketiga-tiganya merupakan cara sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Walaupun perspektif tersebut berbeda, bahkan kadang saling bertolak belakang, antara satu dengan yang lain, namun, sekali lagi perspektif ini hanya merupakan cara pendekatan untuk mengkaji masyarakat. Jadi dapat disimpulkan, bahwa perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses social kehidupan di dalamnya. Pada perkembangan selanjutnya terdapat tempat perspektif dalam sosiologi, yaitu perspektif evolusionis, dan perspektif konflik.

B.     Perspektif-perspektif dalam Sosiologi Pendidikan
Dalam displin ilmu Sosiologi Pendidikan Islam, terdapat berbagai logika teoritis (pendekatan) yang dikembangkan sebagai perspektif utama sosiologi yang seringkali digunakan sebagai landasan dalam melihat fenomena  pendidikan Islam di masyarakat.   yaitu:  evolusionis, fungsionalis, interaksionis dan konflik. Masing-masing perspektif itu memiliki karakteristik sendiri-sendiri bahkan bisa jadi penggunaan perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena  pendidikan Islam akan menghasilkan suatu hasil yang saling bertentangan. Pembahasan berikut ini akan memaparkan bagaimana keempat perspektif tersebut dalam melihat fenomena  pendidikan Islam yang terjadi di masyarakat.
1.      Evolusionis
Perspektif ini merupakan perspektif teoretis yang paling awal dalam sosiologi. Penganutnya adalah Auguste Comte dan Herbert Spencer. Perspektif ini memberikan keterangan yang memuaskan tentang bagaimana masyarakat manusia tumbuh dan berkembang.
Para sosiolog yang menggunakan perspektif ini mencari pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda untuk mengetahui apakah ada urutan perubahan yang berlaku umum. Dalam perspektif ini secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan manusia atau masyarakat itu selalu bergerak maju (secara linear), namun ada beberapa hal yang tidak ditinggalkan sama sekali dalam pola kehidupannya yang baru dan akan terus dibawa meskipun hanya kecil sampai pada perubahan yang paling baru.[1]
2.      Fungsionalisme
Dalam perspektif ini, masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan teratur, serta memiliki seperangkat aturan dan nilai yang dianut sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Jadi, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil, selaras, dan seimbang. Dengan demikian menurut pandangan perspektif ini, setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus, karena hal itu fungsional. Sehingga, pola perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat dan apabila kebutuhan itu berubah, pola itu akan hilang atau berubah.
Hal ini juga berarti bahwa perubahan sosial akan mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil tersebut. Namun tidak lama kemudian akan tercipta kembali keseimbangan. Perspektif ini lebih menekankan pada keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, pendidikan, dan agama dianalisis dalam bentuk bagaimana lembaga-lembaga itu membantu mencukupi kebutuhan masyarakat. Ini berarti lembaga-lembaga itu dalam analisis ini dilihat seberapa jauh peranannya dalam memelihara stabilitas masyarakat. Perspektif fungsionalis menekankan pada empat hal berikut ini.[2]
a.       Masyarakat tidak bisa hidup kecuali anggota-anggotanya mempunyai persamaan persepsi, sikap, dan nilai.
b.      Setiap bagian mempunyai kontribusi pada keseluruhan.
c.       Masing-masing bagian terintegrasi satu sama lain dan saling memberi dukungan.
d.      Masing-masing bagian memberi kekuatan, sehingga keseluruhan masyarakat menjadi stabil.
3.      Interaksionis
Perspektif ini cenderung menolak anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Bagi perspektif ini, orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Dengan perasaan dan pikiran orang mempunyai kemampuan untuk memberi makna terhadap situasi yang ditemui, dan mampu bertingkah laku sesuai dengan interpretasinya sendiri. Sikap dan tindakan orang tidak dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya (yang membingkainya) serta tidak semata-mata ditentukan oleh masyarakat. Jadi, orang dianggap bukan hanya mempunyai kemampuan mempelajari, memahami, dan melaksanakan nilai dan norma masyarakatnya, melainkan juga bisa menemukan, menciptakan, serta membuat nilai dan norma sosial (yang sebagian benar-benar baru). Karena itu orang dapat membuat, menafsirkan, merencanakan, dan mengontrol lingkungannya.[3]
Singkatnya, perspektif ini memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan katakata baik lisan maupun tulisan. Atau dengan kata lain perspektif ini meyakini bahwa orang dapat berkreasi, menggunakan, dan berkomunikasi melalui simbol-simbol. Tokoh-tokoh yang terkenal sebagai penganut perspektif ini adalah George Herbert Mead dan W.I. Thomas.
4.      Konflik
Perspektif ini menjelaskan bahwa masyarakat selalu dalam keadaan konflik terus menerus, baik antar individu maupun kelompok, karena pemikiran Perspektif ini menekankan pada adanya perbedaan individu dalam mendukung suatu system sosial. Teori konflik ini merupakan teori yang memandang bahwaperubahan sosial tdak terjadi melali proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi yang menghasilkan komprosi-komprosi yang berbeda dengan kondisi semula. Menurut Perspektif ini juga masyarakat terdiri dari individu yang masing-masing memiliki berbagai kebutuhan. Keberhasilan individu mendapatkan kebutuhan tersebut berbeda-beda, karena kemampuan individu berbeda-beda. Persaingan untuk mendapatkan kebutuhan memicu munculnya konflik dalam masyarakat.
Selain itu Perspektif konflik menitik beratkan pada konsep kekuasaan dan kewewenangan yang tidak merata pada system sosial, sehingga menimbulkan konflik baik antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial yang diciptakan selalu berinteraksi, karena itu beberapa pemikir melihat interaksi sosial sebagai mekanisme yang mengerakkan konflik. Tokoh pengagas ataupun pemikir dari Perspektif ini antara lain : Karl Marx, Hegel, Lews Coser, dan Frederich Engles.[4]
C.    Peranan Perspektif-Perspektif dalam Pendidikan
Perspektif sosiologi sebagai pisau bedah dalam menganalisa pendidikan sangat bermanfaat bagi perbaikan berbagai permasalah pendidikan yang kini menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Kajian dan analisis terhadap keterkaitan fenomena sosial dalam proses pendidikan penting untuk diketahui, di informasikan dan digunakan dalam pengambilan keputusan, kebijakan maupun strategi dalam praktik pendidikan terkait dengan fungsi sosiologi pendidikan yaitu menyediakan visi, pemahaman dan kemampuan terhadap proses pendidikan, dan kemampuan bekerja dalam pendidikan dengan memanfaatkan dinamika struktural dan proses sosial terkait dengan proses pendidikan, dikarenakan kehidupan sosial baik dalam maupun luar lembaga pendidikan mempunyai andil yang besar terhadap proses dan hasil-hasil pendidikan.
Adanya sosiologi pendidikan bisa membantu memberi bahan yang berharga dalam rangka melihat proses pendidikan dengan berbagai masalah dan implikasi yang di timbulkan. Dalam hal ini sosiologi membantu meningkatkan kepekaan dalam melihat nilai-nilai melihat nilai-nilai, institusi, budaya dan kecenderungan yang ada dimasyarakat. Sosiologi pendidikan juga memberi jalan kepekaan untuk melihat nilai-nilai, institusi, budaya, dan kecenderungan lainya yang terjadi didalam dunia pendidikan.  Selain itu, sosiologi pendidikan dapat membantu memahami perencanaan, proses implementasi, dan implikasi penerapan program manapun kebijakan pendidikan tertentu.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perpektif  sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses sosial kehidupan didalamnya dan suatu kumpulan asumsi maupun kenyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang suatu hal berdasarkan cara-cara tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan secara rasional.
Pertama adalah perspektif evolusionis, perspektif ini merupakan perspektif teoretis yang paling awal dalam sosiologi. Penganutnya adalah Auguste Comte dan Herbert Spencer. Perspektif ini memberikan keterangan yang memuaskan tentang bagaimana masyarakat manusia tumbuh dan berkembang. Kemudian perspektif fungsionalis, dalam perspektif ini, masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan teratur, serta memiliki seperangkat aturan dan nilai yang dianut sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Perspektif interaksionisme, perspektif ini cenderung menolak anggapan bahwa fakta sosial adalah sesuatu yang determinan terhadap fakta sosial yang lain. Bagi perspektif ini, orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Sedangkan perspektif konflik, pemikiran perspektif konflik menekankan pada adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung suatu sistem sosial. Menurut perspektif konflik masyarakat terdiri dari individu yang masing-masing memiliki berbagai kebutuhan (interests) yang sifatnya langka.
Peranan dari adanya sosiologi pendidikan bisa membantu memberi bahan yang berharga dalam rangka melihat proses pendidikan dengan berbagai masalah dan implikasi yang di timbulkan. Dalam hal ini sosiologi membantu meningkatkan kepekaan dalam melihat nilai-nilai melihat nilai-nilai, institusi, budaya dan kecenderungan yang ada dimasyarakat.
B.     Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyak kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja maupun tidak. Oleh karna itu, kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa.





DAFTAR PUSTAKA
          

Mahmud. 2012.  Sosiologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.


[1] Mahmud,  Sosiologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 100-102.
[2] Mahmud,  Sosiologi Pendidikan, . . . ., hlm. 97-98.
[3] Margaret M. Palopo, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 258.
[4] Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka publisher, 2007), hlm. 54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar