Entri Populer

Selasa, 01 November 2016

makalah KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM DALAM ABAD PERTENGAHAN



KARAKTERISTIK PENGAJARAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM DALAM ABAD PERTENGAHAN


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Kelas PAI-D Semester IV
Dosen Pengampu: Muhtarom Zaini, M.Pd

  


Disusun Oleh Kelompok 3:

1.      Fatikhul  Amin                           NIM: 1410110125
2.      Sayid Abdullah                          NIM: 1410110135
3.      Hanik Maulida Hidayati            NIM: 1410110146


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN AKADEMIK 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam pengajarannya terdapat berupa pengajaran Islam secara umumnya. Dalam dunia pendidikan, Islam pernah mengalami masa-masa keemasan. Dimana banyak diantara kaum muslimin terdahulu bisa dikatakan sebagai ilmuan Islam dan juga berbagai perkembangan mengenai universitas-universitas Islam yang diminati di abad pertengahan.
Dalam pengajaran di Abad Pertengahan jika dibandingkan dengan sekarang tidak terlalu mengalami perubahan. Bahkan masih menggunakan cara-cara atau model pengajaran seperti yang sudah diterapkan sekarang ini.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, sebagai berikut:
1.      Bagaimana Kondisi Pendidikan Islam Pada Masa Zaman Pertengahan?
2.      Bagaimana Penerapan Kurikulum Pengajaran Pada Abad Pertengahan?
3.      Bagaimana Faktor Pendorong Perubahan Pendidikan Islam di Indonesia Pada Abad Pertengahan?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannya, sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui dan memahami Kondisi Pendidikan Islam Pada Masa Zaman Pertengahan.
2.      Dapat mengetahui dan memahami Penerapan Kurikulum Pengajaran Pada Abad Pertengahan.
3.      Dapat mengetahui dan memahami Faktor Pendorong Perubahan Pendidikan Islam di Indonesia Pada Abad Pertengahan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kondisi Pendidikan Islam Pada Abad Pertengahan
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan orang dewasa secara sadar, terencana dan bertanggung jawab kepada manusia muda agar tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa lahir dan batin sesuai dengan tujuan masyarakat.[1] Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sengaja di dirikan dan diselenggarakan dengan hasrat dan niat (rencana yang sungguh-sungguh) untuk melaksanakan ajaran dan nilai-nilai Islam.[2]
Umat Islam mengalami puncak keemasan pada masa pemerintahan abbasyiyah. Pada masa itu bermunculan para pemikir Islam kenamaan yang sampai sekarang pemikirannnya masih diperbincangkan dan dijadikan dasar pijakan bagi pemikiran dimasa mendatang, baik dalam bidang keagamaan maupun umum. Kemajuan Islam ini tercipta berkat usaha dari berbagai komponen masyarakat, baik ilmuwan, birokrat, agamawan, militer, dan ekonom maupun masyarakat.[3] Setelah mesir jatuh di bawah kekuasaan Utsmaniyah Turki, Sultan Salim memerintahkan supaya kitab-kitab di perpustakaan dan barang-barang berharga di Mesir di pindahkan ke Istambul, anak-anak Sultan Maklum, ulama-ulama, pembesar-pembesar yang berpengaruh di Mesir semuanya dibuang ke Istambul. Sementara itu, ulama-ulama dan kitab-kitab yang ada di perpustakaan Mesir mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan , dan Istambul lah yang menjadi pusat pendidikan dan pengembangan kebudayaan saat itu. Yang mula-mula mendirikan Madrasah pada masa Turki Utsmani adalah Sultan Orkhan(w. 1359).
Sultan-sultan Utsmani banyak mendirikan masjid-masjid dan madrasah-madrasah, terutama di Istambul dan Mesir. Pada masa itu banyak juga perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang tidak sedikit jumlahnya. Banyak pula ulama-ulama, guru-guru, ahli sejarah dan ahli syair pada masa itu yang datang untuk membaca dan mempelajari isi kitab-kitab itu. Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki Utsmani adalah menghafal matan-matan meskipun murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan al-jumuriah, matan Taqrib, matan Alfiah, matan Sultan dan lain-lain.Murid-murid setelah menghafal matan-matan itu barulah mempelajari syarahnya, kadang-kadang serta khasiyahnya.Karena pelajaran itu tambah berat dan bertambah sulit untuk dihafalkannya. Sitem pengajaran semacam ini masih digunakan sampai sekarang.[4]
Pada tahun 1500-1700 M ini merupakan fase kemajuan terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Pada zaman inilah mulai muncul literatur dalam bahasa Turki, yang sebelumnya pengarang-pengarang Turki menulis dalam bahasa Persia. Selain itu di India, bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur dalam pendidikannya dan menggantikan bahasa Persia, yang sebelumnya dipakai di kalangan istana sultan-sultan di Delhi. Akan tetapi, sebaliknya, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam memang merosot. Gerakan tarikan terus berkembang dan mempunyai pengaruh besar dalam hidup umat Islam. dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar, disamping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu mulai pula muncul sebagai bahasa penting dalam Islam. kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan bertambah menurun.[5]
Puncak kejayaan umat Islam terjadi di masa khalifah Abdurahman ad Dakhil (756 - 785 M) dan Khalifah Harun ar rasyid (786 - 809). Pada masa itu hanya ada dua negara superpower, yaitu barat yang berkedudukan di Cordova dan timur berkedudukan di Bagdad. Keduanya sama-sama negara pengetahuan, umat islam pernah berjaya selama kurang lebih 7 abad (antara abad VII s.d XIII). Kejayaan tersebut menumbuhkan pusat-pusat keunggulan, baik di bidang pendidikan, peribadatan, perekonomian, pertanian, pertanian, kedokteran, dan lain-lain. Tradisi intelektual yang dibangun pada masa klasik di masa Rasulullah Muhammad Saw, telah begitu menentukan bentuk dan corak pemikiran Islam sehingga apa yang berkembang pada abad pertengahan lebih bersifat konservatif. Jika pada abad-abad sebelumnya bisa dirasakan pesatnya perkembangan pendidikan Islam yang ditandai dengan semangat mengkritik, polemik dalam bentuk karya tulis, munazarah dan pengajaran di madrasah, halqah di masjid-masjid dan perpustakaan, maka pada abad pertengahan ini mengalami kebekuan dan konservatisme dalam sistem pendidikan. Sehingga masa ini dikenal dengan masa taqlid, karena kegairahan berijtihad telah punah. Meskipun demikian, sebenarnya banyak sarjana-sarjana dan ulama yang sesungguhnya melahirkan karya baru yang penting, sekalipun mereka kadang-kadang kurang menonjol. Sarjana-sarjana tersebut seringkali mengembangkan kreativitasnya mereka di lingkungan istana-istana raja dan amir sehingga didukung sepenuhnya oleh penguasa. Maka disinilah lahir kegiatan budaya baru yang bisa dikatakan sebagai penyelamat dunia Islam dari kemandekan total dalam bidang budaya dan intelektual.
Aktivitas ini baru berkembang pesat pada abad pertengahan dimana telah dikenal adanya lembaga pengajaran berupa Madrasah, yang mana tempat melakukan kegiatan belajar dengan bimbingan instruktur atau mudarris yakni seorang yang bergelar professor (guru besar). Perkembangan pesar dalam bidang pendidikan inilah kemudian melahirkan ulama-ulama besar dengan penguasaan ilmu pengetahuan, sains, kedokteran dan tokoh filusuf terkenal dengan tidak meninggalkan sisi keulamaan mereka.
Tujuan utama dari seluruh bentuk pendidikan Islam ini adalah untuk mewariskan khazanah budaya dari satu generasi ke generasi beriktunya dengan harapan generasi tersebut akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari generasi sebelumnya baik secara moral maupun secara intelektual.[6]

B.     Penerapan Kurikulum Pengajaran Ilmu Pengtahuan Islam Pada Abad Pertengahan
Awal mula dan tersebarnya ilmu pengetahuan Islam pada masa-masa awal Islam berpusat pada individu-individu dan bukannya sekolah-sekolah. Kandungan pemikiran Islam juga bercirikan usaha-usaha individual.Tokoh-tokoh istimewa tertentu, yang telah mempelajari hadits dan membangun sistem-sistem theology dan hukum mereka sendiri di seputarnya, menarik murid-murid dari daerah yang jauh yang mau menimba ilmu pengetahuan dari mereka. Karena itu, ciri utama pertama dari ilmu pengetahuan tersebut adalah pentingnya individu guru. Sang guru, setelah memberikan pelajarannya seluruhnya, secara pribadi memberikan suatu sertifikat (ijazah) kepada muridnya yang kemudian diizinkan untuk mengajar. Bahkan ijazah-ijazah tersebut seringkali dikeluarkan atas nama guru, dan bukan atas nama sekolah. Banyak ilmuwan yang termasyhur bukanlah produk madrasah-madrasah, tetapi adalah bekas-bekas murid informal dari guru-guru individual. Berkaitan erat dengan pentingnya guru secara sentral ini adalah fenomena yang dikenal sebagai ‘mencari ilmu’ (tholabul ‘ilm). Mahasiswa-mahasiswa pengembara melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh, kadang-kadang dari ujung ke ujung dunia Islam, dengan tujuan untuk mengikuti kuliah dari guru-guru yang terkenal.
Pada masa klasik, pakar pendidikan Islam menggunakan kata al-maddah untuk pengertian kurikulum. Karena pada masa itu kurikulum lebih identik dengan serangkaian mata pelajaran dan harus diberikan pada murid dalam tingkat tertentu. Berjalan dengan perjalanan waktu, pengertian kurikulum berkembang dan cakupannya lebih luas yaitu mencapai segala aspek yang mempengaruhi pribadi siswa.
1.      Kurikulum pendidikan Islam sebelum berdirinya madrasah
a)      Kurikulum pendidikan rendah, terdapat kesukaran ketika ingin membatasi mata pelajaran yang membentuk kurikulum untuk semua tingkat pendidikan yang bermacam-macam. Pertama, karena tidak adanya kurikulum yang terbatas, baik untuk tingkat rendah maupun tingkat penghabisan, kecuali Al-Qur’an yang terdapat pada seluruh kurikulum. Kedua, kesukaran membedakan diantara fase-fase pendidikan dan lamanya belajarkarena tidak ada masa tertentu yang mengikat murid-murid untuk belajar pada setiap lembaga pendidikan.
b)      Kurikulum pendidikan tinggi, hallaqah-kalau mau menyebut demikian-berfariasi tergantung pada syaikh yang mau mengajar. Para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk mengikuti kurikulum tertentu. Mahasiswa bebas mengikuti pelajaran disebuah hallaqah dan berpindah dari sebuah hallaqah ke hallaqah yang lain, bahkan dari suatu kota ke kota yang lain. Menurut Rahman, pendidikan jenis ini disebut pendidika orang dewasa karena diberikan kepada orang banyak yang tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan mereka mengenai Al-Qur’an dan agama. Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan, jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan. Karena sejalan dengan dua masa transisi penting dalam perkembangan pemikiran islam untuk mempersiapkan diri dalam mendalami masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya.
2.      Kurikulum setelah berdirinya Madrasah
Pada zaman keemasan Islam, aktivitas kebudayaan pendidikan Islam tidak mengizinkan teologi membatasi ilmu pengetahuan mereka. Mereka menyelidiki setiap cabang ilmu pengetahuan manusia, baik fisiologi, sejarah, historiografi, hukum, sosiologi, kesusastraan, etika, filsafat, teologi, kedokteran, matematika, logika, esenian, arsistektur, ilmu keramik.[7]

C.    Faktor Pendorong Perubahan Pendidikan Islam di Indonesia Pada Abad Pertengahan
Pada permulaan abad ke-20 terjadi perubahan-perubahan yang menjadi lebih Islami di Indonesia yang dalam garis besarnya dapat digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan, bahkan pencerahan. Perubahan ini berbeda sifat dan asalnya, serta tidak semua saling berhubungan secara harmonis dan logis. Seperti kehidupan lain pada umumnya, perkembangan Islam juga tidak dapat diramalkan sebelumnya, dan kadang-kadang dalam pengamatan pertama. Menurut sistematika umum, perkembangan tersebut tidak begitu logis.
Faktor pendorong peting bagi perubahan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad pertengahan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Sejak tahun 1990 dibeberapa tempat muncul keinginan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan  titik tolak untuk menilai agama, pendidikan dan kebiasaan yang ada.
2.      Dorongan kedua adalah sifat perlawan nasional terhadap penguasa colonial belanda.
3.      Usaha yang kuat dari orang-orang Islam untuk memperkuat organisasinya dibidang sosial ekonomi baik untuk kepentingan sendiri maupun utuk kepentingan rakyat banyak.
4.      Pembaharuan dan penngembangan pendidikan yang bersifat Islami.[8]






BAB III
CRITICAL THINGKING


Kondisi pendidikan Islam pada abad pertengahan memang mengalami pasang surut, yang mana lebih didominasi dengan kemerosotan pengajaran pengetahuan Islamnya. Kemerosotan atau kemunduran ini tidak lain lebih dikarnakan faktor politik pada masa kerajaan-kerajaan Islam pada abad pertengahan. Selain itu, disamping faktor politik, kemunduran tersebut juga dikarnakan faktor individu pendidiknya yang masih kurang. Sehingga kegiatan pengajaran ilmu pengetahuan Islam pada abad pertengahan tersebut belum maksimal.
Sistem madrasah yang didasarkan pada kekuasaan kerajaan yang umumnya dipandang sebagai sebab kemunduran dan penghambat ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi Islam. Akan tetapi, madrasah dengan kurikulumnya yang terbatas bukan sebab sebenarnya dari kemunduran ini, walaupun tentu saja mempengaruhi berkembangnya penghambat pengajaran ilmu pengetahuan Islam pada abad pertengahan tersebut. Tetapi sebab sebenarnya dari penurunan kualitas ilmu pengetahuan Islam adalah kurangnya pemahaman pada ilmu-ilmu keagamaan sebagai sumber pengajaran ilmu pengetahuan.
Salah satu faktor pendorong penting bagi perubahan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad pertengahan yaitu melalui pembaharuan pendidikan yang bersifat Islami. Akan tetapi, dengan melakukan hal tersebut juga akan menimbulkan permasalahan baru, hal ini dikarnakan di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama yang beragam. Sehingga memerlukan usaha dan penyampaian tujuan pembaharuan pendidikan yang bersifat Islami dengan menghargai agama-agama penduduk Indonesia yang non muslim.





BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan adalah upaya yang dilakukan orang dewasa secara sadar, terencana dan bertanggung jawab kepada manusia muda agar tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa lahir dan batin sesuai dengan tujuan masyarakat. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sengaja di dirikan dan diselenggarakan dengan hasrat dan niat (rencana yang sungguh-sungguh) untuk melaksanakan ajaran dan nilai-nilai Islam.
Umat Islam mengalami puncak keemasan pada masa pemerintahan abbasyiyah. Pada masa itu bermunculan para pemikir Islam yang sampai sekarang pemikirannnya masih diperbincangkan dan dijadikan dasar pijakan bagi pemikiran dimasa mendatang, baik dalam bidang keagamaan maupun umum. Kemudian pada tahun 1500-1700 M, yaitu mulai muncul literatur dalam bahasa Turki, yang sebelumnya pengarang-pengarang Turki menulis dalam bahasa Persia. Selain itu di India, bahasa Urdu juga meningkat menjadi bahasa literatur dalam pendidikannya dan menggantikan bahasa Persia. Akan tetapi, sebaliknya, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia Islam memang merosot. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan besar, disamping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu mulai pula muncul sebagai bahasa penting dalam Islam. kedudukan bahasa Arab untuk menjadi bahasa persatuan bertambah menurun.
Pada masa klasik, pakar pendidikan Islam menggunakan kata al-maddah untuk pengertian kurikulum. Berjalan dengan perjalanan waktu, pengertian kurikulum berkembang dan cakupannya lebih luas yaitu mencapai segala aspek yang mempengaruhi pribadi siswa, meliputi terbentuknya kurikulum pendidikan Islam sebelum berdirinya madrasah yang terbagi jadi kurikulum pendidikan rendah dan kurikulum pendidikan tinggi, kemudian terbentuknya kurikulum setelah berdirinya Madrasah.
Pada permulaan abad ke-20 terjadi perubahan-perubahan yang menjadi lebih Islami di Indonesia yang dalam garis besarnya dapat digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan, bahkan pencerahan. Salah satu faktor pendorong penting bagi perubahan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad pertengahan yaitu melalui pembaharuan pendidikan yang bersifat Islami.
B.     Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyak kesalahan serta kekeliruan, baik disengaja maupun tidak. Oleh karna itu, kami harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya salah dan lupa.



DAFTAR PUSTAKA


Iskandar, Engku dan Siti Zubaidah. 2014. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa.
Nata, Abuddin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulthon. 2011.  Ilmu Pendidikan. Kudus: Nora Media Enterprise.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.


[1] Sulthon, Ilmu Pendidikan, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), hlm. 57.
[2] Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa, 2003), hlm. 7.
[3] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 271.
[4] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, . . . , hlm. 276.
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 42-43.
[7] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 114-123.
[8] Iskandar, Engku dan Siti zubaidah. Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar