Entri Populer

Selasa, 01 November 2016

TEORI CARL ROGERS dalam Psikologi kepribadian



TEORI CARL ROGERS


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah: Psikologi Kepribadian
Kelas PAI-D Semester IV
Dosen Pengampu: Mohammad Jalil, M. Pd




 





Disusun oleh Kelompok 10:

1.   Fathikul Amin                       NIM: 1410110125
2.   Sayid Abdullah                     NIM: 1410110135
3.   Moh. Asror Hilmi Sani          NIM: 1410110139
4.   Luluk Nur Rohmah               NIM: 1410110143



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
TAHUN AKADEMIK 2015/2016




BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia sehari-hari telah menyadari bahwa setiap berinteraksi dengan orang lain kita melihat setiap karakter manusia itu berbeda-beda dan ada banyak sekali pemikiran-pemikiran menurut para ahli tentang sebuah kepribadian yang dibawa tiap individu.
Kepribadian adalah semua corak tingkah laku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam.
Semua orang pasti mengalami yang namanya perkembangan dan perubahan kepribadian dan setiap orang tentunya mempunyai perbedaan perkembangan dan perubahan kepribadian. Dalam bab ini akan dipaparkan bahwa perbedaan dan perubahan kepribadian masuk dalam teori-teori Carl Rogers yang akan dibahas pada makalah dibawah ini.
B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya, yaitu sebagai berikut:

1.      Biografi Carl Rogers
2.      Apa saja teori-teori Carl Rogers?
3.      Bagaimana dinamika kepribadian menurut Carl Rogers?
4.      Bagaimana perkembangan kepribadian menurut Carl Rogers?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisannyanya, yaitu sebagai berikut:

1.      Dapat mengetahui dan memahami Biografi Carl Rogers.
2.      Dapat mengetahui dan memahami apa saja teori-teori Carl Rogers.
3.      Dapat mengetahui dan memahami dinamika kepribadian menurut Carl Rogers.
4.      Dapat mengetahui dan memahami perkembangan kepribadian menurut Carl Rogers.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Carl Rogers
Carl R. Rogers dilahirkan pada 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois. Dia dibesarkan dalam atmosfer religious dan etika yang keras dan tegas. Orang tuanya selalu memikirkan kebahagiaan anak-anak mereka dan menanamkan dalam diri mereka penghargaan terhadap kerja keras. Deskripsi Rogers tentang kehidupan masa kecilnya mengungkapkan dua kecenderungan yang terpantul dalam karyanya dikemudian hari. Yang pertamanya berkaitan dengan masalah moral dan etik.. dan yang kedua adalah penghargaan bagi metode ilmu pengetahuan. Kecenderungan keduanya tampaknya bersumber dari upaya ayahnya untuk menggarap lahannya berdasarkan metode ilmiah dan berdasarkan buku-buku teknik pertanian yang dibaca Rogers.
Rogers mendapatkan gelar sarjana dari Teacher College, Columbia University, dan memperoleh Ph.D. pada 1931. Dia menggambarkan pengalamannya itu sebagai pengalaman yang mengarahkan dirinya “menyerap” pandangan dinamis Freud dan pandangan yang “teliti, ilmiah, amat objektif dan statistical” yang lazim di Teacher College. Tahun belakangan dalam hidupnya mempresentasikan upayanya untuk mengintegrasikan aspek religius dengan sains, aspek intuitif dengan objektif, dan aspek klinis dengan statistical.

B.     Teori-teori Carl Rogers
Karena perhatian utama Roger kepada perkembangan atau perubahan kepribadian, maka dia tidak menekankan kepada struktur kepribadian. Meskipun begitu, dia mengajukan tiga aspek pokok dalam teorinya, yaitu:
1.      Organisme
Organisme yaitu keseluruhan individu atau makhluk fisik dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun psikis. Organisme ini juga merupakan tempat semua pengalaman, dan pengalaman ini merupakan prersepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri dan juga di dunia luar. Totalitas pengalaman, baik yang disadari maupun tidak disadari membangun medan fenomenal. Rogers berpendapat bahwa hanya ada cara untuk membedakan, yaitu mengetes realitas, atau mengecek kebenaran dari informasi, dalam mana hipotesis seseorang didasarkan pula kepada sumber informasi lainnya. Contoh sederhana tentang masalah ini: “Apabila anda merasa tidak yakin tentang botol mana yang berisi garam dari dua botol yang sama-sama berisi benda halus berwarna putih, maka sebaiknya anda mencicipi (mengetes) isi kedua botol tersebut, apabila isi salah satu botol tersebut rasanya asin, maka itulah garam.
2.      Medan Phonemenal
Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan mempunyai sifat disadari atau tidak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.[1]
3.      Self
Self merupakan bagian medan phenomenal dan aspek utama dalam teori kepribadian Roger, yang dikenal dengan “self concept” (konsep diri). Roger mengartikannya sebagai “persepsi tentang karakteristik “I” atau “me” dan persepsi tentang hubungan “I” atau “me” dengan orang lain atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri sendiri, seperti “saya cantik”, “saya seorang pekerja yang jujur”, dan “saya seorang pelajar yang rajin”. Hubungan antara “self concept” dengan organisme terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu “congruence” atau “incongruence”. Kedua kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental seseorang.
Apabila antara “self concept” dengan organisme terjadi kecocokan maka hubungan itu disebut kogruen, tetapi apabila terjadi ketidak cocokan maka hubungan itu disebut inkogruen. Contoh yang inkongruen: anda mungkin menyakini bahwa secara akademik anda seorang yang cerdas (self concept), namun ternyata nilai-nilai yang anda peroleh sebaliknya (organisme atau pengalaman nyata). Suasana inkongruen menyebabkan seseorang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, berpikir yang kaku atau picik. Sedangkan kongruensi mengembangkan kesehatan mental atau penyesuaian psikologis. Ciri orang yang sehat psikologisnya adalah sebagai berikut:
a.    Dia mampu mempersepsi dirinya, orang lain, dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungan secara objektif.
b.   Dia terbuka terhadap semua pengalaman karena tidak mengancam konsep dirinya.
c.    Dia mampu menggunakan semua pengalaman.
d.   Dia mampu mengembangkan dirinya kearah aktualisasi diri.
Berkembangkan idea atau gagasan mengenai peranan self dalam kepribadian didasarkan kepada hasil penelitian Rogers sendiri pada tahun 1930-an. Pada tahun itu Rogers meneliti tentang factor-faktor penentu yang mempengaruhi tingkah laku anak yang sehat atau tidak sehat. Faktor-faktor yang diyakini mempengaruhi anak tersebut adalah: [2]
1)      Factor eksternal, terutama lingkungan keluarga, kondisi kesehatan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan interaksi sosial.
2)       Factor internal: self-insight, self acceptance, atau self responsibility.

C.    Dinamika kepribadian
Rogers menyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan  atau kebutuhan untuk mengaktualisasakan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia, yang meliputi  kebutuhan fisik dan psikis. Sebenarnya manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan lainnya namun itu semua tunduk kepada kebutuhan yang satu ini. Kebutuhan lainnya adalah “positive regard of others” dan “self regard”. Kedua hubungan ini bersifat dipelajari mulai usia dini, yaitu ketika bayi mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan positive regard” (penghargaan yang positf) dari orang lain (terutama orang tua).
Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan dan minum, serta mempertahankan organisme dari serangan luar. Di samping itu juga motif aktualisasi diri ini berfungsi untuk mendorong perkembangan manusia melalui organ-organ fisik, perkembangan fungsi-fungsi psikis, dan pertumbuhan seksual masa remaja.
D.    Perkembangan Kepribadian
Rogers tidak mengemukakan tahapan dalam perkembangan kepribadian. Dia lebih tertarik kepada cara-cara orang lain (orang tua) menilai anak, atau sikap dan perlakuan orang tua (terutama ibu) terhadap anak. Jika orang tua tidak mencurahkan “positive regard” (penerimaan, dan cinta kasih) bahkan menampilkan sikap penolakan terhadap anak, maka kecenderungan bawaan anak untuk mengaktualisasikan dirinya menjadi terhambat. Secara ideal, anak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan yang cukup pada setiap saat dari orang lain (orang tua). Kondisi ini mengimplikasikan  bahwa cinta kasih ibu kepada anak tidak diberikan secara conditional, tetapi secara bebas dan penuh.
Mengingat pentingnya memperoleh kepuasan akan kebutuhan “positif regard”, khususnya pada masa anak, maka seseorang akan menjadi sensitive akan sikap dan tingkah laku orang lain. Melalui penafsiran terhadap reaksi yang diterima dari orang lain (baik penerimaan maupun penolakan), seseorang mungkin berubah atau memperhalus konsep dirinya. Hal ini menunjukkan, bahwa perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi juga oleh upayanya menginternalisasi sikap-sikap orang lain.
Positive regard akan menjadi lebih mempribadi daripada yang berasal dari orang lain. Kondisi ini oleh Rogers dinamakan “positive self regard”. Kondisi ini menjadi sekuat kebutuhan seseorang akan “positive regard” dari orang lain yang mungkin dapat dipuaskan dalam cara yang sama. Contoh: Seorang anak yang mendapat penghargaan dari ibunya dengan cinta kasih, dan penerimaan ketika dia menjadi periang dapat menghasilkan “positive self regard” kapan saja dia berperilaku menjadi periang. Dengan demikian anak mulai menghargai dirinya sendiri. Perkembangan dari “positive regard” ke “positive self regard” dipengaruhi oleh kondisi yang mengembangkan perasaan berharga.
Orang tua tidak selalu mereaksi setiap tingkah laku anak dengan penghargaan yang positif (positive regard), apabila tingkah laku anak itu mengganggu, menjengkelkan, atau membosankannya. berdasarkan pengalaman ini, anak belajar bahwa cinta kasih atau penerimaan orang tua bergantung kepada tingkah laku tertentu, yang disetujuinya mendapat penghargaan, sementara yang ditolaknya tidak mendapat penghargaan. Standar pertimbangan eksternal (dari orang tua) untuk menghargai atau menolak suatu perilaku menjadi mempribadi pada diri anak, sehingga dia akan menghukum dirinya apabila dia melakukan sesuatu yang orang tua pun menghukumnya
Anak yang dikembangkan dalam suasana yang “unconditional positive regard” akan mampu mengembangkan aktualisasi dirinya atau menjadi orang yang berfungsi secara penuh (fully functioning person). Menurur Rogers “fully functioning person” ini merupakan tujuan dari perkembangan seseorang. Orang yang telah mencapai keadaan tersebut, memiliki karakteristik pribadi sebagai berikut:
1.      Memikili kesadaran akan semua pengalaman. Bersikap terbuka baik terhadap perasaan yang positif dan perasaan negative.
2.      Berpartisipasi dalam kehidupan.
3.      Memiliki rasa percaya terhadap dirinya sendiri.
4.      Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa hambatan apapun.
5.      Menjalani kehidupan sesuai perubahan yang terjadi di lingkungan, serta berpikir kreatif.
Menurut Rogers perkembangan “self” selalu bersifat maju. Jika seseorang berhenti dalam usahanya untuk berkembang, maka dia akan kehilangan sikap spontanitas, dan keterbukaan terhadap pengalaman baru. Rogers memformulasikan teori kepribadiannya ke dalam berbagai dalil, yaitu sebagai berikut:[3]
1.      Setiap individu berada dalam perubahan dunia pengalaman yang secara terus menerus berubah, dan dia sebagai pusatnya. Individu hidup dalam dunia pengalamannya sendiri, yang tidak pernah sama dari satu hari ke hari berikutnya.
2.      Organisme mereaksi medan pengalaman sebagaimana medan itu dialami dan dipersepsinya. Medan yang dipersepsi individu adalah nyata.
3.      Organisme mereaksi medan fenomena sebagai keseluruhan yang terorganisasi. Rogers berpendapat bahwa karakteristik dasar individu adalah kecenderungannya ke arah respon atau tujuan secara total.
4.      Organisme memiliki satu kecenderungan atau motif dasar yaitu mengaktualisasikan, memelihara, dan mengembangkan “self”.
5.      Tingkah laku merupakan usaha organism untuk mencapai tujuan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
6.      Emosi menyertai dan memfasilitasi pencapaian tujuan tingkah laku. Dalam hal ini kepribadian mencoba mengigrasikan dua jenis emosi dalam tingkah laku yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
7.      Cara yang paling baik untuk memahami tingkah laku adalah kerangka berpikir individu itu sendiri.
8.      Sebagian dari medan persepsi berangsur-angsur terdiferensiasi menjadi “self”.
9.      Struktur “self” terbentuk sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan evaluasi terhadap orang lain.
10.  Nilai-nilai terikat dengan pengalaman, dan nilai-nilai yang merupakan bagian struktur “self”, dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang dialami langsung oleh organism, dan dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang diambil dari orang lain.
11.  Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu itu dapat dihadapi demikian: Ditolak atau diabaikan secara palsu oleh karena pengalaman itu tak selaras dengan stuktur “self”.
12.  Kebanyakan cara-cara bertingkah laku yang diambil orang ialah yang selaras dengan konsepsi “self”.
13.  Dalam beberapa hal tingkah laku itu mungkin didorong oleh pengalaman-pengalaman dan kebutuhan-kebutuhan.
14.  Dalam kondisi tertentu, pertama-tama tiadanya ancaman terhadap struktur self, pengalaman-pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self dapat diamati dan diuji.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Carl R. Rogers dilahirkan pada 8 januari 1902 di Oak Park, Illinois. Dia dibesarkan dalam atmosfer religious dan etika yang keras dan tegas. Rogers mendapatkan gelar sarjana dari Teacher College, Columbia University, dan memperoleh Ph.D. pada 1931. Dia menggambarkan pengalamannya itu sebagai pengalaman yang mengarahkan dirinya “menyerap” pandangan dinamis Freud dan pandangan yang “teliti, ilmiah, amat objektif dan statistical” yang lazim di Teacher College.
Perhatian utama Roger kepada perkembangan atau perubahan kepribadian, maka dia tidak menekankan kepada struktur kepribadian. Meskipun begitu, dia mengajukan tiga aspek pokok dalam teorinya, yaitu organisme, medan phonemenal dan self. Berkembangkan idea atau gagasan mengenai peranan self dalam kepribadian didasarkan kepada hasil penelitian Rogers sendiri pada tahun 1930-an. Pada tahun itu Rogers meneliti tentang factor-faktor penentu yang mempengaruhi tingkah laku anak yang sehat atau tidak sehat. Faktor-faktor yang diyakini mempengaruhi anak tersebut adalah Factor eksternal, terutama lingkungan keluarga, kondisi kesehatan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan interaksi social dan Factor internal: self-insight, self acceptance, atau self responsibility.
Rogers menyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan  atau kebutuhan untuk mengaktualisasakan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia, yang meliputi  kebutuhan fisik dan psikis. Sebenarnya manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan lainnya namun itu semua tunduk kepada kebutuhan yang satu ini. Kebutuhan lainnya adalah “positive regard of others” dan “self regard”. Kedua hubungan ini bersifat dipelajari mulai usia dini, yaitu ketika bayi mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan positive regard” (penghargaan yang positf) dari orang lain (terutama orang tua).
Menurut Rogers perkembangan “self” selalu bersifat maju. Jika seseorang berhenti dalam usahanya untuk berkembang, maka dia akan kehilangan sikap spontanitas, dan keterbukaan terhadap pengalaman baru. Rogers memformulasikan teori kepribadiannya ke dalam beberapa dalil.





DAFTAR PUSTAKA


Nurihsan, Syamsu Yusuf LN, Juntika. 2012. Teori Kepribadian. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Perven, Lawrence A, dkk. 2012. Psikologi Kepribadian: Teori Dan Penelitian. Jakarta: KENCANA Prenada Media Group.
Sumadi, Suryabrata. 2013. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.


[1] Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Hlm. 259.
[2] Syamsu Yusuf LN, Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012), Hlm. 144-146.
[3] Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, . . . , hlm. 260-271.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar